Ivoknews.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengonfirmasikan bahwa sudah ada kasus cacar monyet pertama di Indonesia pada Sabtu, 20 Agustus 2022.
Dalam keterangannya sebutkan pasien yang terkena cacar monyet pertama di Indonesia tersebut berusia 27 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Saat ini, pasien dalam keadaan baik-baik saja.
Dr. Mohammad Syahril selaku Juru Bicara (Jubir) Kemenkes meminta masyarakat Indonesia untuk tetap tenang walaupun sudah ditemukan kasus cacat monyet pertama di Indonesia.
Sebagaimana dikutip Ivoknews dari Pikiran Rakyat yang ditulis Shintia Rahma Islamiati dengan judul “Muncul Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya”
"Hari ini pasiennya ada satu yang terkonfirmasi dari DKI Jakarta, laki-kali. Dapat laporan pemeriksaan PCR tadi malam," kata Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya juga telah menetapkan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat Kesehatan dunia.
Sebagaiman diketahui bahwa Cacar monyet atau monkeypox ialah penyakit zoonosis virus yang banyak terjadi di daerah hutan hujan tropis di negara Afrika Tengah dan Barat.
Sekarang , cacar monyet tidak lagi menjadi penyakit endemik di kawasan tersebut melainkan sudah menyebar secara cepat di lebih dari 40 negara di luar Afrika.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus sampaikan bahwa wabah cacar monyet ini telah meluas di berbagai negara, lebih dari 70 negara keadaannya masuk dalam darurat global.
Pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejalanya dimulai dengan demam , sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Demam yang diderita biasanya mencapai lebih dari 38,5 derajat.
Selain itu, penderita juga mengalami pembesaran kelenjar getah bening/limfadenopati, nyeri otot/myalgia, sakit punggung, kelemahan tubuh/asthenia, dan benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh.
Syahril juga menjelaskan, penyakit cacar monyet memiliki masa inkubasi selama 21-28 hari. Biasanya, pasien akan sembuh sendiri jika tidak memiliki komorbid atau infeksi tambahan.
"Kalau pasien tidak ada komorbid, tidak ada immunocompromised dan tidak ada pemberat-pemberat yang lain, Insya Allah sebetulnya pasien ini bisa sembuh sendiri," pungkasnya Syahril.
Artikel Terkait
Waspada! Gelombang Tinggi Ancam Beberapa Wilayah, BMKG Berikan Peringatan Sampai Beritahukan Waktu dan Tempat