Ivoknews.com - Saling sindir antara Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dan akademisi sekaligus pengamat politik Rocky Gerung makin panas.
Perdebatan keduanya menjadi sorotan setelah Purbaya menanggapi kritik Rocky yang menuding Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, tidak berbuat banyak selama menjabat.
Tanggapan itu disampaikan Purbaya saat hadir dalam forum Great Lecture bertajuk Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8% yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis 11 September 2025.
Dalam forum tersebut, Purbaya dengan nada bercanda namun berbalut data, menyebut tudingan Rocky tidak berdasar.
“Presiden Jokowi itu berjasa buat kita, walaupun di sampingnya ada saya sih,” ucap Purbaya sembari tersenyum. “Jadi, Pak Rocky mungkin sedikit belajar ekonomi lagi pak,” celetuknya.
Respons Rocky Gerung
Menanggapi sindiran itu, Rocky Gerung mengaku mengapresiasi determinasi yang ditunjukkan Purbaya di forum tersebut. Namun menurutnya, analisis yang digunakan Menkeu masih sebatas teori monetaris Milton Friedman yang fokus pada pengaturan uang semata.
Lebih jauh, Rocky mengibaratkan posisi Menkeu hanya seperti kasir yang tidak mungkin bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung. Menurutnya, kebijakan menteri keuangan hanya memanfaatkan hasil pertumbuhan untuk kemudian didistribusikan, bukan menciptakan pertumbuhan itu sendiri.
“Pertumbuhan itu tidak datang dari kebijakan menteri keuangan. Justru yang paling menentukan adalah kementerian teknis seperti perindustrian, perdagangan, dan pertanian, yang ironisnya dikuasai politisi ‘copet’,” tegas Rocky di kanal YouTube Mardani Ali Sera.
Kritik terhadap Ekologi Politik
Rocky juga mengkritisi ekosistem politik yang menurutnya penuh dominasi kepentingan. Ia menilai infrastruktur yang seharusnya menopang target pertumbuhan 8 persen justru dikendalikan oleh politisi yang ia sebut “copet”. Hal itu, kata Rocky, membuat publik pesimis meski Purbaya tampil dengan optimisme.
Ia menambahkan, tanpa adanya radical break atau perubahan struktural besar, teori-teori ekonomi yang disampaikan hanya akan menjadi wacana semata.
“Kita boleh saja bicara soal suplai uang, tapi apakah ada demand? Jangan-jangan justru ditunggu oleh politisi. Selama ekologi politik tidak diubah, wacana pertumbuhan ini hanya retorika,” pungkasnya.
Artikel Terkait
Mengungkap Ramalan Weton Minggu Kliwon: Menelisik Potensi Hari Apes Menurut Primbon Jawa
Menguak Potensi Hari Apes Weton Senin Legi: Sebuah Panduan dari Primbon Jawa
Menguak Potensi Hari Apes Weton Senin Pahing: Sebuah Panduan dari Primbon Jawa
Dinilai Tak Berempati, Jaringan Mitra Promedia Desak Zulhas Pecat Eko Patrio dan Uya Kuya
Ratusan Peserta Hadiri Seminar Advokasi Pencegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Cilacap
DPR RI Gelar Rapat Evaluasi Pasca Aksi Demonstrasi, Reformasi Jadi Sorotan
Subsidi Motor Listrik 2025 Belum Jalan, Menperin Pastikan Skema Siap untuk 2026
Wamen ESDM Ungkap Penyebab BBM Non-Subsidi di SPBU Swasta Kosong
Pasca Kerusuhan DPRD Cilacap, PMII Dirikan Posko Damai untuk Jaga Kondusivitas
Mengungkap Ramalan Weton Senin Pon: Menelisik Potensi Hari Apes Menurut Primbon Jawa