Ivoknews.com - Di pondok pesantren, para santri tidak hanya mempelajari ilmu agama sebagai satu-satunya fokus utama. Sebaliknya, ilmu agama dianggap sebagai komponen wajib yang harus dikuasai oleh para santri sebagai penyeimbang ilmu-ilmu umum yang juga dipelajari.
Dalam pandangan Mayjen TNI (P) Wuryanto, pesantren bukanlah tempat yang hanya menghasilkan para Kiai, ustadz, atau guru ngaji. Sebaliknya, lulusan pesantren juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi ahli di bidang-bidang lain seperti teknologi, kesehatan, atau bisnis.
Dengan mempelajari ilmu agama di pesantren, para santri diajarkan untuk memiliki integritas, kepemimpinan, dan nilai-nilai moral yang kuat yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang pekerjaan di masa depan. Oleh karena itu, pesantren dianggap sebagai institusi pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang siap berkompetisi di dunia profesional, sekaligus mempertahankan akhlak dan nilai-nilai keagamaan yang telah dipelajari.
Mayjen TNI (P) Wuryanto, mantan Pangdam IV Diponegoro, mengungkapkan bahwa lulusan pesantren tidak hanya bisa menjadi Kiai, ustadz, atau guru ngaji saja. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan di bidang-bidang lain, asalkan profesi tersebut baik dan halal.
"Lulusan pesantren dapat menjadi teknokrat, menteri, polisi, bahkan Pangdam IV Diponegoro," ucap Mayjen Wuryanto.
Mayjen TNI (P) Wuryanto, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPW Partai Perindo, menekankan pentingnya peran santri sebagai agen perubahan yang baik dalam masyarakat. Menurutnya, hal yang paling terpenting bagi seorang santri adalah untuk menjadi Khoirunnas Anfauhum Linnas, yang dapat diartikan sebagai "manusia terbaik yang paling bermanfaat bagi manusia lain".
Konsep Khoirunnas Anfauhum Linnas ini berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lain". Mayjen TNI (P) Wuryanto menegaskan bahwa hal ini harus menjadi tujuan utama bagi santri dalam menuntut ilmu dan berinteraksi dengan masyarakat.
Menjadi Khoirunnas Anfauhum Linnas berarti memiliki pengetahuan agama yang baik, namun juga memiliki sikap yang baik dan positif dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Santri harus mampu memanfaatkan ilmu agama yang telah dipelajari untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, dan menjadi contoh yang baik dalam perilaku sehari-hari.
Selain itu, Mayjen TNI (P) Wuryanto juga menekankan pentingnya integritas dan moral yang kuat dalam menjalankan peran sebagai Khoirunnas Anfauhum Linnas. Santri harus selalu mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan etika yang telah dipelajari di pesantren, serta tidak tergoda oleh nafsu atau kepentingan pribadi yang merugikan orang lain.***
Artikel Terkait
Viral! Rumah Penjual Baju Muslim Di Plumpang Tidak Di Lahap Si Jago Merah, Fatma: Itukan Sudah Kuasa Allah ya!
Ketua DPW Perindo Jawa Tengah, Mayjen Wuryanto Menjadi Teladan dengan Empatinya pada Seorang Nenek Rentan
Kemah Pemuda Konghucu Banyumas : Mengokohkan Kerukunan Beragama dalam Kebhinekaan untuk Indonesia Hebat
Kemah Kebangsaan oleh Generasi Muda Lintas Iman, Fahrul Rozik : Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama
Partai Perindo Jateng Berikan Bantuan Gerobak untuk Pedagang Terdampak Banjir di Baturraden Banyumas
Partai Peduli Sosial: Perindo Jawa Tengah Bagikan 450 Takjil Gratis di Bulan Ramadhan!
Wapres Apresiasi Upaya Penanganan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Demak
Gangga Mascoditos, Raih Doctor of Magic dan Best Magician Asia dari International Academy of Magic
Mayjen Wuryanto Ajak Masyarakat Mencermati Nasihat 5 Tokoh Ini Dalam Menghadapi Pemilu 2024
Nama Ida Dayak Kembali Viral, Setelah Pasien Tuntut Pengobatannya Tidak Sembuh, Netizen: Janganlah menyalahkan